Tahapan Beasiswa KOICA (1): Seleksi Administrasi


.

Haiii kali ini gue mau cerita tentang proses seleksi beasiswa KOICA yang super singkat itu, singkat waktunya yeee, tahapannya mah panjaaaaang. Buat yang belum tau KOICA apa, silahkan cek postingan gue yang ini dulu yaaaa.

Seperti yang udah gue ceritain sebelumnya, pendaftaran KOICA biasanya mulai pertengahan Maret. Setelah baca pengumuman pendaftaran KOICA pertengahan Maret kemaren, maka langkah pertama yang harus gue tempuh adalah mengumpulkan dokumen yang dibutuhkan. Gue udah jabarin jugak apa aja dokumen yang dibutuhin di postingan gue yang ini. Pokoknya yang mesti dihighlight banget adalah siapin TOEFL dan ijazah plus transkrip nilai S1 yang udah diterjemahin ke dalam bahasa Inggris, karena menurut gue keduanya susyeh banget diusahain dalam waktu singkat, yah jaga-jaga aja kejadian gue kemaren, cuma punya waktu seminggu buat ngumpulin semua berkasnya.

Lantaran waktu yang mepet, gue akhirnya gue ambil prediction test doang dongs buat TOEFL. Semua tempat tes TOEFL yang gue hubungi penuh, kebetulan lagi musim beasiswa jugak sih. Sebenernya sekalipun ada yang buka juga, keluar hasilnya entah baru kapan. Beruntungnya KOICA gak mengharamkan prediction test sama gak nentuin minimum scorenya jugak, hehe.. TOEFL gue udah mah prediction test, scorenya di bawah 550 pulak, standar nilai yang biasanya dipatok buat daftar beasiswa luar negeri. Alhamdulillah, gak ada masalah buat kedua hal ini.

Persyaratan lain yang agak berat juga adalah rekomendasi dari 2 profesor. Pas baca ini, gue agak khawatir juga, soale kehidupan S1 gue lebih banyak gue habiskan di marching band daripada di kehidupan akademis, jadi gak banyak gaul sama profesor-profesor di kampus. Kedua mertua gue dosen, mereka sempet nawarin buat minta tolong kolega2nya, tapiiiiiii yah gak nyambung, enyak mertua gue orang matematika dan IT, babeh mertua orang teknik mesin, jurusan yang mau gue ambil ilmu sosial, jadi dadah aja udeh sama koleganya mertua. Gue sempet nanya temen kantor yang dulunya junior gue di Administrasi Negara UI, doi dulunya sempet jadi asdos, sering ikut proyek penelitiannya dosen juga, jadi cukup gaul lah sama profesor2 di kampus. Doi pernah minta surat rekomendasi juga, butuh waktu sampe 2 minggu dong buat dapetinnya, itu baru dari satu profesor doang. Lah dia yang udah jelas-jelas kenal profesor aja selama itu, apalagi gueeeee? Agak hopeless sih waktu itu. Tapi yah gue gak habis akal, gue mesti dapet surat rekomendasi dalam waktu singkat yang gak kalah dari profesor2 di kampus.

Yang gue lakukan berikutnya adalah ngelist profesor yang ada di kantor. Gue nemu 1 orang profesor, dan dia adalah Prof. Pratikno, yang tak lain dan tak bukan adalah Menteri Sekretaris Negara!! Hahaha, kejauhan banget yaaaaak. Tapi yah bukan Andrian namanya kalo gak nekat. Gue langsung nyari kontak asisten pribadinya, gue hubungi doi dan langsung mengutarakan maksud dan tujuan gue. Gue ditanyain beberapa pertanyaan, salah satunya adalah apakah gue pernah berhubungan langsung di kerjaan sama Pak Menteri? Oooooh tentu tidaaaak, heuheu. Tapi gue bilang bahwa gue ada grup whassap yang bareng Bapak, jadi Pak Menteri ini konsen banget sama anak-anak muda di lingkungan Setneg dan Setkab. Doi pernah ngumpulin muda-mudi Setneg-Setkab, terus bikin grup whassap bareng, di salah satu pertemuan Pak Menteri pernah janji mau bantu kami yang berniat lanjut sekolah. Beruntungnya sang aspri mau nerima doooong. Gue disuruh ngasih CV, skor TOEFL terakhir, sama draft surat rekomendasinya.

Berhubung dibutuhkan dua rekomendasi, maka gue harus cari dua rekomendasi lain yang gak kalah oke, iyak dua rekomendasi, jaga-jaga kalo gak dapet rekomendasi dari Pak Menteri. Maka sasaran gue berikutnya adalah Pak Pramono Anung, ho oh Sekretaris Kabinet, pimpinan tertinggi di kantor gue, satu lagi adalah salah satu eselon 1 di kantor yang merupakan Ketua Alumni KOICA di Indonesia!! Canggih kan gueeeee? Gak tau diri jugak sih, hehe. Buat ke eselon 1 ini gue langsung maju sendiri, sebelumnya udah ijin ke eselon 3 dan eselon 2 gue juga tentunya. Alhamdulillah doi baik banget, rekomendasinya langsung ditandatangani. Doi juga ngasih wejangan macem-macem, terus cerita juga tentang pengalaman doi waktu nempuh sekolah S2 dan S3nya di Inggris. Saking baiknya, doi nyuruh gue ngedraft surat dari doi selaku ketua alumni KOICA ke country director KOICA di Indonesia. Semacam surat rekomendasi juga sih, tapi ini langsung dikirim ke kantor KOICA, bukan dilampirin di dokumen yang akan gue kumpulkan. Oiya, eselon 1 ini adalah orang tua dari salah satu temen marching band gue dulu, jadi udah sedikit kenal lah, makanya gue berani maju sendiri juga. Doi ngasih memo pengantar juga buat gue minta rekomendasi ke Seskab. Surat rekomendasi dari Pak Seskab alhamdulillah gak banyak kendala. Berhubung beliau juga sangat mendukung anak muda buat lanjut sekolah. Mungkin juga beliau takjub karena manusia yang beberapa bulan sebelumnya joget pinguin di hadapnnya, kini sedang berusaha buat lanjut sekolah, hehe. Bagaimana dengan rekomendasi dari Pak Pratikno? Dapet juga dooooooong, walopun agak lama plus dirombak juga draft yang gue kasih, tapi tak apalah. Maka gue mengantongi 3 buah rekomendasi yang cukup sakti, hoho..

Reribetan dokumen yang lain adalah nyari penerjemah tersumpah. Sebenernya kalo gugling dengan keyword “Penerjemah Tersumpah Jakarta”, hasil yang keluar bakal banyak banget sih, berhubung gue gak punya banyak waktu, maka gue pilih yang lokasinya paling deket kantor dan harganya yang gak terlalu mahal juga. Gue akhirnya memutuskan pake solusipenerjemah.com, tarifnya 75 ribu/lembar jadi. Prosesnya gampang, tinggal kirim email dokumennya, nanti dikirimin perkiraan tagihannya, abis itu kita bayar DP min 50%. Selang sehari mereka akan ngririmin kita softcopy hasil terjemahannya, kalo udah oke, kita bayarin sisa tagihannya plus ongkos Gojek (kalo mau ambil sendiri sih gapapa, gak usah bayar). Langsung deh dikirim hasilnya hari itu juga. Cepet banget kerjanya.

Ada lagi reribetan dokumen yang lumayan berat menurut gue, isi formulis KOICA dan SNU!! Mostly sih tentang data diri kita, oiya ada juga form medical check up. Buat medical check up bisa kita lakuin di rumah sakit ataupun puskesmas, atau kalo yang di kantornya ada klinik, bisa juga dilakuin di situ. Lalu apa yang berat dari kedua form itu? Short essay!! Gue kan baru tau pengumuman KOICA tanggal 24 Maret, seminggu kedepannya gue fokus ngumpulin berkas, form KOICA dan SNU udah gue isi sih bagian data dirinya, tapi short essay gue skip. Gue butuh fokus banget buat ngerjain semua, maka gue pastikan semuanya beres, baru kemudian gue kerjain short essay. Gue baru ada waktu ngerjain itu Minggu dini hari, tanggal 2 April, h-1 deadline!! Deadliner banget ye gue?? Gue mulai ngerjain jam 2 dini hari, pas Niqu tidur, biar gak ada yang ngegerecokin. Abis subuh gue istirahat bentar, lanjut jam 6an, jam 9 Niqu bangun, gue langsung stop karena mesti main dulu sama Niqu, sementara itu si Neng beberes rumah. Si Neng kelar beberes rumah, gue lanjut ngerjain, ngebarengin Niqu tidur siang juga, sampe menjelang Maghrib. Abis itu main lagi sama Niqu, nunggu bocahnya tidur, yang kebetulan banget tidurnya maleeeeeem, jadi gue baru mulai lagi jam 11an, baru kelar jam 2 dini hari doooong. Jadi total gue ngerjain 8 buah short essay itu adalah 24 jam, dipotong istirahat dan main sama Niqu juga sih. Tampang gue udah kaya vampir seharian itu, si Neng iba juga sih sebenernya ngeliat gue, tapi doi gak bisa bantu juga, karena Niqu kalo tidur mesti nempel sama “nenen”nya. Yaaaah sebenernya udah kebantu banget sih dengan menjaga Niqu agar gak terbangun, soalnya kalo Niqu udah bangun, jangan harap gue bisa buka laptop, hehe.

Emang apa aja sih pertanyaan short essay itu? Hmmmm, gue kasih contekan deh (eh ini gue gak tau boleh atau gak sih gue bagikan di sini, tapi gapapalah sementara gue bagikan, ntar kalo ternyata gue tau gak boleh, maka gue hapus yaaaa). Berikut adalah pertanyaan yang mesti dijawab dari short essay dimaksud:
Form KOICA
  1. Describe your main duties. Specify any technical equipment or facilities you work on with if applicable.
  2. Describe any themes, topics and places of interest you would like to see in the Course related to your tasks mentioned aforesaid.
  3. Elaborate on organizational setback or challenges that you wish to address through the Course.
  4. Elaborate on your plans to apply the lessons learned from the Course to your organization.

Form SNU
  1. Short Answer. Please describe any unique characteristics of your institutions or distinctive qualities to your previous education. Give a brief account of the curriculum and mention any set of courses which were pedagogically significant in shaping your current academic interests.
  2. Short Answer. In relation to your academic interests and personal perspectives, please describe your aptitude and motivation for the department of your choice, including your preparation for this field of study, your academic achievement and commitment. You may briefly elaborate in addition on any of your extracurricular activities or work experiences in the space below.
  3. Personal Essay. This personal essay helps us become acquainted with you in ways different from courses, grades, test scores, and other objective data. It will demonstrate your ability to organize your thoughts and express yourself. Given your personal background, evaluate a significant experience, achievement, risk you have taken; or discuss an issue of personal, local or international concern and its importance to you; or describe a person who has had a significant influence on you, and describe that impact. We are looking for an essay that will help us know you better as a person and as a student.
  4. Study Plan. Please explain in some detail your purpose in studying at Seoul National University and your plans for study.  Be as specific as you can regarding your academic interests and the curriculum you expect to follow in achieving your goals.

Selama 24 jam itu gue bener-bener meres otak buat jawab kedelapan pertanyaan itu. Form KOICA lumayan agak simple sih pertanyaannya, gue juga jawabnya gak banyak, cuma 1 – 2 paragraf aja. Gue ngelarin ini sampe subuh, sekitar 3 jam-an lah. Simple aje 3 jam yeeeee, hehe. Buat yang form SNU, hoaaaaam bener-bener dah, pertanyaan panjang, maka buat ngejawabnya pun mesti panjang. 1 pertanyaan itu gue jawab sekitar 3 – 6 paragraf. Semua pertanyaan complicated, terutama yang study plan, khusus yang ini gue sampe liat-liat contoh yang pernah orang buat. Nyari wangsit kesana-kemari, alhamdulillah bisa gue selesain pas banget jam 2, Senin dini hari. Pas banget hari H deadline.

Kelar jam 2, tidur bentar, bangun 4.30, siap-siap ke kantor. Sampe kantor berkasnya gak langsung gue kumpulin. Pokoknya gue pastiin semua bener dan semua lengkap. Oiya, hari Senin itu juga gue masih nunggu terjemahan kartu pegawai gue. Jum’at sebelumnya gue baru ngeh kalo yang diminta itu Kartu Pegawai bukan ID Card, langsung lah gue ke SDM minta copy Kartu Pegawai, langsung gue scan dan kirim ke solusipenerjemah.com. Senin siang baru dianter. Gue baru ngumpulin berkas itu mendekati jam pulang kantor, pokoknya setelah gue pastikan semuanya beres. Pas ngumpulin berkas, gue baru tau kalo ternyata cuma gue sendiri yang daftar. Hahaha, entah gak ada yang minat, entah pada gugur karena waktu mepet tapi dokumen yang mesti dikumpulin banyak. Gue mah yah niatin aja, kalo emang jodoh, gak kemana.

Tahapan berikutnya gue ceritain lagi di postingan selanjutnya ya.

Beasiswa S2 di Korea Selatan dari KOICA


.



Ada yang pernah denger KOICA?

Korea International Cooperation Agency atau biasa disingkat jadi KOICA itu lembaga yang ngasih gue beasiswa buat lanjut sekolah di Korea Selatan (selanjutnya gue sebut Korea aja ya). Gak familiar yak sama namanya? Emang sih kalo kita nyari tau tentang beasiswa di Korea, jarang banget muncul nama KOICA, kebanyakan itu pasti KGSP (Korean Government Scholarship Program), beasiswanya pemerintah Korea. Sebenernya KOICA juga punya pemerintah Korea loooh. So, apakah gerangan KOICA ini?

Jadi kan Korea ini udah jadi negara maju ya sekarang, nah pemerintahnya baik hatilah suka ngasih bantuan ke negara berkembang, bantuannya bisa berupa hibah maupun program kerjasama teknis. Dulunya kan Korea juga negara berkembang, yah ibaratnya karena sekarang udah sukses, jadi mau bantu temen-temennya buat ikut sukses juga. Nah si KOICA inilah lembaga yang akhirnya dibentuk buat memaksimalkan efektifitas bantuannya itu. Kebetulan Indonesia masuk list negara yang perlu dibantu, jadi KOICA juga punya kantor cabang di Indonesia, letaknya di Jl. Gatot Subroto kav. 64, tepatnya di lantai 6 Synthesis Tower 2. Pokoknya setelah Kedubes Korea, letaknya tepat di samping pom bensin Shell, gedung yang dindingnya taneman itu Synthesis Tower 1, yang Tower 2 ada di belakangnya.

Bantuan yang diberikan ke Indonesia sih banyak macemnya, tapi yang paling gue tau yah ngasih pelatihan di banyak bidang terus juga beasiswa pendidikan S2. Nah kenapa beasiswa KOICA jarang orang tau, soalnya, sepengetahuan gue, mostly penerimanya adalah PNS. Kayaknya sih informasi penerimaannya emang disebar ke instansi-instansi pemerintahan aja. Bukan berarti non PNS gak bisa loooooh, bisa aja, tapi jaraaaaaang banget. Seangkatan gue dari Indonesia ada 13 orang yang berangkat (tersebar di beberapa kampus di Korea), PNS 12 orang, 1 orang doang yang bukan PNS. Senior gue yang udah lulus juga ada 1 orang yang kerjanya di Bursa Efek Jakarta.

KOICA biasanya mulai buka pendaftaran di minggu kedua Maret, kalo lolos, bulan Agustus udah langsung berangkat. Singkat parah kaaaaaaan?? Cuma 5 bulan aja doooooong buat semuamuanya. Kebayang gak sih, awal Maret masih gak ada bayangan mau kuliah di mana, eh pas Agustus udah terbang ke Korea aje, #curcooool. Kedengerannya emang asik banget siiiih, tapi yah gitu, hidup lu selama lima bulan itu pontang-panting. Aras-urus berkas buat pendaftaran awal yang deadlinenya mepet, persiapan serangkaian tes, pas keterima rebek aras-urus buat keberangkatan. Belum lagi harus mampu ber-gak enak hati-ria, karena terpaksa ngebatalin acara-acara yang berlangsung setelah keberangkatan kita, eaaaaa curcol lageee..

Nah karena berdasarkan pengalaman gue kemaren, bagi temen-temen yang mau ikutan beasiswa KOICA, mending mulai siap-siap aja dari jauh-jauh hari. Pertama yang mesti dilakuin adalah rajin ngecek Facebook KOICA Indonesia, karena disanalah pengumuman pendaftaran beasiswa S2 diumumkan. Pokoknya mulai awal Maret sering-sering cek aja. Selain itu, cicil juga aja buat ngumpulin dokumen yang diperlukan, biasanya sih sebagai berikut:

  1.  Formulir KOICA. Isinya sih seputar data diri aja, tapi ada form buat kita tes kesehatan juga. Selain itu, ada 4 short essay juga, pertanyaan seputar kita aja sih, tapi tetep aja PR ngerjainnya. Pertanyaannya seputar latar belakang pekerjaan, topic interest kita, hubungan latar belakang tempat kita kerja dengan course yang mau kita ambil, sama satu lagi tentang apa manfaat yang akan kita berikan ke tempat kita kerja setelah kita lulus. Oiya, satu lagi, dokumennya kan kita kirim via kantor tempat kita kerja, jadi mesti ada rekomendasi dari kantor juga, biasanya sih dari bagian SDM. Kebanyakan orang SDM cuma mau tandatangan aja, jadi draft rekomendasinya yah bikin sendiri, PR lagi;
  2. Formulir dari universitas yang kita tuju. Pas gue kemarin, dari SNU ada 5 form. Form 1 buat data diri, form 2 essay lagi ada 4 pertanyaan yang lebih kompleks dari form KOICA (background pendidikan dan institusi tempat kita kerja, motivasi sama persiapan apa aja yang udah kita lakuin buat kuliah di jurusan yang kita pilih, personal essay, dan study plan), form 3 surat rekomendasi dari 2 professor (mulai silaturahmi deh sana sama profesor2 di kampus S1), form 4 financial certification, terakhir form 5 letter of agreement. Semua form KOICA dan kampus yang kita tuju bisa didownload di FBnya KOICA Indonesia, postingan pertengahan Maret 2017;
  3. Ijazah dan transkrip nilai S1, semuanya mesti udah dalam bahasa Inggris. Kalo ijazah dan/atau transkrip nilainya masih dalam bahasa Indonesia, minta aja ke kampus yang veri bahasa Inggris;
  4. Passport. Buat PNS yang udah punya passport biru, lampirin aja passport dinasnya. Kalo gak punya, yah passport hijau juga gaapa. Sebenernya KOICA mah gak ada masalah mau passport biru ataupun hijau, tapi biasanya instansi pemerintah ngewajibin pake pasport biru. Nah kalo belum punya, buat pendaftaran sih gapapa pake yang ijo aja, ntar kalo keterima baru urus passport birunya. Oiya, kalo passport gak ada, boleh identitas diri lainnya yang menunjukkan kewarganegaraan kita;
  5. Passport kedua orang tua. Kalo orang tua gak ada passport, boleh pake KTP atau identitas diri lainnya, pokoknya yang memuat kewarganegaraan ortu kita;
  6. Dokumen yang menunjukkan hubungan kita dengan orang tua kita. Bisa akte lahir, bisa juga kartu keluarga (ini kalo misalnya KKnya masih nyampur sama ortu yaaaa);
  7. Curriculum Vitae;
  8. Kartu pegawai, bukan ID Card yaaa. Semua PNS punya kok, minta aja ke bagian SDM kantor; dan
  9. Sertifikat kemampuan bahasa Inggris. Bebas aja mau TOEFL, TEPS, TOEIC, IELTS atau yang lainnya. Minimal angka juga gak disebutin.

Itu aja sih yang perlu disiapin. Selain yang form, terlihat mudah kan buat ngumpulinnya. Eits, tunggu duluuuuuuuu.... Semua dokumen dalam bahasa Indonesia mesti diterjemahin ke bahasa Inggris oleh penerjemah tersumpah, kalo passport sih gak perlu, tapi KTP ortu (kalo gak ada passport), KK/akte lahir, dan kartu pehgawai mah wajiiiiib. Penerjemah tersumpah sih banyak, gugling aja, cuma yah mahal, biasanya sekitar 75ribu/lembar jadi, mahaaaaaalllll, heuheu... Gak cuma perlu diterjemahin ke bahasa Inggris, semua dokumen itu mesti dapet cap legalisir dari institusi yang menerbitkan. Kemaren sih gue buat KTP ortu minta legalisir di kantor kecamatan, terus akte kelahiran mesti minta ke Kemenkumham dooooongs, nah persyaratan di Kemenkumham mesti ada cap dari notaris dulu aja gitu. Gimana?dahsyat kaaaan?

Buat ngurus semua dokumen di atas, waktu gue cuma seminggu saja!! Pontang-panting lah pokoknya, udah sempet gue ceritain juga kan di postingan yang ini. Nah, supaya kejadian gue gak terulang, mulai cicil aja buat aras-urus dokumen persyaratannya. Mulai dari minta legalisir plus terjemahan dokumen yang gue sebutin di atas. Terus juga latihan nulis short essay dengan topik tulisan kaya yang udah gue sebutin di atas. Sekalian juga mulai cari tau kalo mau minta rekomendasi ke profesor di kampus S1

KOICA Master Degree Workshop @The Westin Hotel, Kuningan, Jakarta

Pokoknya yang wajib terus lu jaga adalah niat, mesti bener-bener niat ngurusnya. KOICA emang kalo ngasih kabar mepet-mepet, jadi buat mengantisipasinya yah kita udah siapin jauh-jauh hari. Karena hal ini juga, yang daftar di KOICA gak sebanyak LPDP maupun Australia Award Scholarship, orang pinter emang banyak, tapi orang yang niat??

Buat semua yang mau ikutan beasiswa KOICA, dijaga terus ya niatnya, semangat aras-urus!!

Motivasi jadi PNS


.

Beberapa hari kemaren si Adek (panggilan buat Sakanti Sasri adeknya Santika Sari, simpelnya adek ipar gue, hehe), riweuh ngehubungin gue berkali-kali. Bukaaan... bukan mau neror karena gue ninggalin mantenannya tepat seminggu sebelum acara, tapi karena tuh bocah minta masukan buat urusannya ikut pendaftaran PNS.

Setelah tiga tahun moratorium, akhirnya PNS buka pendaftaran lagi tahun ini. Gak tanggung-tanggung, yang buka langsung 60 Kementerian dan Lembaga plus 1 Pemerintah Provinsi. Jumlah kursi yang disediakan juga gak sedikit, 17.928 kursi meeeeeen. Nah karenanya, sekarang semua yang udah lama nunggu ditambah yang baru pada lulus, yang emang pengen masuk PNS (atau yang dipaksa orang tua) lagi pada ribet buat persiapan pendaftaran PNS.

Lantaran setiap orang cuma bisa pilih satu instansi dan cuma satu jabatan pula, jadi orang-orang pada kelimpungan. Pilihan harus tepat, strategi harus mantap, yah pokoknya mesti pinter-pinter mlih deh. Satu yang pasti sih harus milih kualifikasi yang paling cocok sama kita, kalo ada banyak institusi yang membutuhkan kualifikasi yang kita punya, yah silahkan dipilih berdasarkan prioritas yang kita inginkan. Pengen institusi dengan prestis yang tinggi, pengen institusi yang gajinya paling gede, pengen yang deket rumah, atau malah institusi yang unwellknown biar saingannya dikit jadi peluangnya lebih gede? Yaaaah itu mah terserah aja.

Opini gue sebagai orang yang udah jadi PNS? Hmmmm... Gue pengen mesen 1 hal aja, sebelum bener-bener terjun jadi PNS, mending kuatin dulu deh motivasi kita masuk PNS. Kenapa gue bilang gini? Karena sesungguhnya PNS gak seindah yang temen-temen (atau mungkin orang tua kita?) bayangkan. Beneran deh, dari pengalaman gue dan banyak temen gue yang akhirnya jadi PNS sih gitu, yah gak bisa gue generalisir juga sih, tapi takutnya mengalami yang gue dan temen-temen gue rasain, jadi siapin diri aja.

“Emang apa yang lu rasain? Kayaknya lu terlihat bahagia-bahagia aja jadi PNS...”

Hmmm gitu ya? Yah gue gak cerita ke setiap orang juga sih, terus males juga aja kalo sosmed gue isinya keluhan-keluhan doang.

Di bulan-bulan awal gue jadi PNS, gue langsung pengen keluar dong, haha... Temen gue ada yang lebih dramak, tiap pulang kerja pasti nangis, karena gak betah. Buat yang udah pernah kerja di swasta, lingkungan kerja PNS sama swasta beda sama sekali, paling gak itu yang gue dan temen gue rasain. Kenapa gak betah? Yaaaah karena shock aja kali ya dengan perubahan kultur dan semuamuanya. Jadi pokoknya matengin aje motivasi lu jadi PNS, biar kalo kena culture shock di awal jadi PNS, bisa ada pegangan yang bisa nguatin dan bikin lu bertahan.

Motivasi gue? Hmmmm dari awal gue daftar, gue punya 2 motivasi utama. Pertama karena gue pengen lanjut sekolah (di dalam maupun luar negeri) lewat jalur beasiswa. Buat gue yang gak cemerlang-cemerlang banget, sepertinya harus nyari hal yang bikin gue bisa punya kesempatan lebih besar, yah jadi PNS lah salah satu jawabannya. Gak bisa dipungkiri bahwa tawaran beasiswa buat lanjut sekolah bagi PNS itu banyaaaaaak banget, baik dalem maupun luar negeri. Selain masalah tawaran yang banyak, ijin buat lanjut sekolah juga cenderung lebih mudah kalo gue jadi PNS. Satu lagi, karena udah berkeluarga, jadi gue juga mesti mikirin ekonomi keluarga gue, maka PNS lah yang sudah bisa dipastikan akan tetap memberi kita gaji selama kita sekolah, yah walopun gak penuh, tapi itu juga udah alhamdulillah banget. Alhamdulillah, saat ini motivasi gue yang ini terpenuhi, bahkan melebihi ekspektasi.

Motivasi kedua gue adalah gue mau kerja di lingkungan ring 1, Pangeran pan biasanya gak jauh-jauh dari istana, hehe... Kalo ada yang bilang gue pengen kerja di ring 1 karena gue berambisi buat jadi “part of top in everything” salah bangeeeeeeeeet. Jadiii kenapa gue pengen kerja di ring 1 adalah karena dulu gue pengen banget ikutan upacara 17an di istana dan gak pernah kesampean, gue gak tau gimana caranya biar dapet undangan, gak punya koneksi juga. Maka gue berpikir bahwa gue harus jadi bagian di dalam istana biar gue bisa punya akses ikutan 17an di istana. Iyak secetek itu motivasi gue, hehe.. Alhamdulillahnya gue beneran bisa jadi bagian di dalamnya, dan hasilnya adalah gue beneran bisa ikut upacara 17an di istana, pengibaran maupun penurunan, bahkan lebih dari itu, gue bisa buka akses buat temen maupun sodara yang punya kepengenan kayak gue, syukur banget pan kalo berfaedah, hoho.

Impian gue tercapai!!

Ketika di awal gue jadi PNS gue gak betah, maka dua hal itu yang jadi pegangan gue. Gue masuk PNS gak ada yang maksa, pengen gue sendiri, jadi gue mesti tanggung jawab dengan yang gue pilih. Gue harus bisa lanjut sekolah, gue juga mau tetep bisa punya akses buat nonton 17an di istana. Si Neng lah orang yang selalu denger semua keluh kesah gue akan PNS, untungnya doi juga selalu menguatkan gue. Oiya, gue juga sempet mengutarakan keinginan gue buat keluar dari PNS ke enyak babeh gue, terus gue diomelin dooooong, haha. Dinasehatin panjang lebar lah gue. Nah satu poin lagi tuh yang bikin gue akhirnya bertahan, dapet omelan dari enyak babeh, bwehehe... Sekarang sih gue udah mulai nemuin ritme kerja gue, nemu partner yang asik juga, jadi hal-hal yang bikin gak betah sedikit terlupakan. Satu hal lagi! Hampir aja kelupaan, dengan jadi PNS, gue bisa menginjakkan kaki gue di seluruh penjuru negeri, bahkan nyeberang benua! Sebagai orang yang doyan jalan, hal ini mah bikin gue makin lupa akan hal-hal yang bikin gak betah, haha.

Berkat jadi PNS gue pernah ke Enggreeeessss!!

Gue lupa pernah baca/denger di mana, pokoknya kalo kita masuk ke suatu organisasi yang kurang baik, bertahanlah di sana, kemudian jadilah pemimpinnya dan perbaikilah.

Kenapa Kuliah di Korea Selatan?


.

“Kenapa pilih Korea Selatan (Korsel)?”

Pertanyaan yang paling sering muncul begitu tau gue akan lanjut kuliah di Korsel. Saking gak familiarnya Korsel buat orang lanjut sekolah, jadi (mungkin) berasa janggal kalo ada yang lanjut kuliah di Korsel.


Lalu, kenapa gue pilih Korsel?

Hmmm sejujurnya gue juga gak tau kenapa akhirnya gue kuliah di Korsel, #laaaaaaaaaah. Gue sebenernya mau ngelanjutin sekolah dimanapun as long as ada yang mau ngebayarin, otak gratisan gak juga luntur dah! Tapi seiring berjalannya waktu, gue mulai mengkerucutkan pilihan. Satu yang pasti, lanjut kuliah di UI adalah pilihan terakhir (songong ye?). Jadi kantor gue setiap tahun ngasih beasiswa S2 buat di UI aja, kuotanya lumayan banyak sebenernya, tapi yang jadi masalah adalah kalo gue dapet beasiswa itu, gue tetep harus kerja! 7.30-16.00 gue kerja kaya biasa, terus abis itu lanjut kuliah. Kantor ke UI (Salemba) sih deket, lah dari Salemba ke rumah gue (nun jauh di Cilodong sana) terus rumah gue ke kantor??? Bayangin aje, tiap hari gue selalu bangun jam 4 pagi, karena 5.15 gue mesti udah berangkat kerja. Pulang kerja jam 4 sore lanjut kuliah, pulang sekitar jam 9 malem, sampe rumah paling gak jam 11 malem, beberes segala macem, tidur jam 12, terus besok jam 4 udah bangun lagi. Duh! Rontoklah badan gue di 2 tahun masa belajar itu!!

Karena buat ngebayanginnya aja gue berat, maka gue memutuskan untuk memprioritaskan luar negeri buat lanjut sekolah. Setelah serangkaian diskusi sama si Neng juga karena beberapa pertimbangan, gue mengkerucutkan pilihan negara buat gue lanjut sekolah. Pokoknya pilihannya hanya di sekitaran Indonesia aja. Salah satu pertimbangannya sih, karena gue gak akan bawa si Neng dan Niqu (eh gue udah cerita belum ya anak gue nama panggilannya Niqu?) ke negara manapun gue lanjut sekolah, jadi pilihan negaranya jangan jauh-jauh biar si Neng dan Niqu bisa jenguk gue lebih dari sekali. Waktu itu gue kebayangnya mau Australia (negara tujuan utama buat lanjut sekolah di kantor gue, ada banyak sekolah bagus juga buat jurusan yang mau gue ambil) sama Singapura (selain deket banget dan biaya pesawatnya murah, ada School of Public Policy yang bagus banget di sana). Terus si Neng tetiba request kalo pilihan negaranya ditambah Jepang dan Korsel, alesannya sih karena kedua negara itu masuk bucket list family trip kami. Gue sendiri gak pernah riset tentang sekolah yang oke buat jurusan gue di kedua negara ini, tapi gue iyain ajalah, daripada... daripada....

Di kantor gue, pegawai yang mau apply beasiswa harus 2 tahun jadi PNS dulu. Gue masuk kantor 2014, CPNS setahun, 2015 diangkat PNS, maka 2017 adalah waktunya gue bisa daftar! Mulai akhir 2016 gue bersiap, niatannya sih mau matengin TOEFL, yaaah walopun pada akhirnya gak juga gue laksanain, hehe. Gue mulai nyari informasi tentang beasiswa, terutama di Australia dan Singapur. Prioritas gue sih Australia, kayak kebanyakan orang di kantor gue, sekolah tujuan gue yang di Singapur tinggi banget kualifikasinya, belum nyampe kayaknya gue. Buat Korea dan Jepang, gue nyari tau juga, tapi gak seintens kaya 2 lainnya, karena gak ada orang kantor yang kuliah di sana juga sih, jadi gue gak banyak informannya.

Di awal 2017 gue sempet galau mau nyari beasiswa taun ini atau gak, waktu itu gue lagi itung2an karir dan yang lainnya juga. Saking galaunya, gue sampe konsultasi ke beberapa orang, atasan di kantor juga seorang temen MBUI, ke Si Neng udah pastilah. Hasil dari konsultasi itu adalah coba tahun ini! Kebetulan banget di kantor gue setiap awal tahu selalu ada pameran pendidikan luar negeri, sekitar pertengahan Februari kemaren lah. Dari 4 negara tujuan gue, cuma ada 2 lembaga pendonor dari 2 negara yang gue tuju, Australia Award Schoolarship (AAS) sama Korean International Cooperation Agency (KOICA). 2 stand itu aja yang gue datengin, karena yang laen emang gak gue minati. Oiya, gue juga ikutan grup whassap para pencari beasiswa di kantor gue, lumayan banget banyak info macem2 tentang beasiswa.

Setelah pameran di Februari itu, gue masih gak melakukan apa-apa, masih niat gak niat soale, ehehe...Sampe akhirnya pas tanggal 24 Maret, hari Jum’at, gue liat di Facebook(FB)nya KOICA, mereka udah buka pendaftaran dan batas pengumpulan berkas 10 April!! Mendadak gue kalang kabut, karena pas gue baca persyaratannya, banyak bangeeeeet yang mesti diurus!! *Rasain!! Dari kemaren ngapan aje??*. Sore itu juga gue langsung reservasi online buat nerjemahin ijasah S1 gue, besoknya gue langsung ke UI buat verifikasi dokumen. Yang parah lagi ada sertifikat kemampuan bahasa Inggris (bebas apa aja, nilai minimalnya juga gak disebutin) yang harus dilampiri, gue nelepon banyak lembaga tes, semua udah gak ada jadwal tes, lagian sekalipun ada jadwal juga jadinya kapan tau. Aiiihmatek banget paaaan.... Akhirnya buat urusan TOEFL, gue nekat ambil prediction test yang akan dilaksanain hari Selasa tanggal 28 Maret, kepepet banget ini karena gak ada waktu lagi. Oiya ini kondisinya masih belum ada pengumuman resmi dari kantor.

Senin, 27 Maret gue tanya bagian pengembangan pegawai tentang beasiswa KOICA, ternyata mereka baru nerima dan lagi proses persetujuan pimpinan sebelum disebar. Gue pun akhirnya minta fotoin aje draft pengumumannya, daaaaaaaan taukah anda saudara sebangsa setanah air, deadline yang dikasih kantor gue adalah Senin, 3 April. Alamakdaaaaaaang, itu berarti tinggal 5 hari kerja lagi!! Kantor gue emang sengaja majuin deadline karena ada proses dulu sebelum berkas dikirim ke Biro Kerjasama Teknik Luar Negeri Sekretariat Negara (Biro KTLN Setneg). Gue langsung ngehubungi enyak gue buat ngurus legalisir KTP enyak babeh gue di kantor kecamatan, soalnya salah satu syaratnya legalisir KTP kedua orangtua plus udah diterjemahin di penerjemah tersumpah juga. Selasa yang harusnya gue tes TOEFL, tetiba Niqu sakit yang mengharuskan gue cuti!! Ada aja yeeee drama. Gue langsung reschedule tes TOEFLnya jadi hari Rabu. Rabu gue tes TOEFL, abis itu urus dokumen lain jugak. Oiya, pengumuman resmi dari kantor gue baru turun ke gue Selasa. Bayangin aje kalo gue gak dapet info dari Fbnya KOICA, makin mepet lah semuamuanya. Pokoknya semingguan itu gue pontang-pantinglah ngelengkapin berkas. Gue ke Kemenkumham buat minta legalisir akte kelahiran, terus ada dokumen juga yang mesti gue mintain legalisir notaris. Cerita drama2 ini gue skip dulu aja kali yeee, ntar gue tulis terpisah. Singkat cerita, berhasillah gue mengumpulkan berkas tepat waktu, saking tepatnya, mepet banget jam 4 sore di hari Senin, hehe... Daaaaaaan Cuma gue seorang yang akhirnya maju, yang lain pada gugur karena waktunya mepet bangeeeet. Gue sendiri bingung, entah kekuatan dari mana, gue jabanin aje itu pontang-panting seminggu penuh, emang udah jodohnya kali yeee.

Setelahnya, serangkaian tes gue lewatin (ntar gue ceritain terpisah juga). Oiya di tengah masa-masa tes itu, AAS buka pendaftaran juga, sayangnya, kantor gue gak ngijinin gue daftar 2 beasiswa secara bersamaan, ini persyaratan dari AAS juga sih, hiks ;(

Pas tanggal 3 Juli, hari pertama masuk kantor setelah libur lebaran, gue dikabari kalo gue lolos!! Alhamdulillaaaaaaah. Daaaaaan ternyata gue cuma sendiri dari Indonesia buat jurusan gue. Seneng sekaligus panik siiiih, hehe...

Terus gue ceritanya jadi kebanyakan, haha. Jadi udah jelas belum kenapa gue pilih Korea? Intinya sih karena dari 4 negara tujuan gue, Korea yang buka pendaftaran paling awal. Terjebak juga karena gak boleh daftar AAS, heuuuu. Kalo pada ngira gue pecinta Korea, salah!! Gue gak doyan ke-Korea-an sama sekali!! Yah dramanya, yah musiknya, yah fashionnya, yah bahasanya, yah budayanya, yah produk kecantikannya apa lagi. Drama korea yang gue onton Cuma 2, Jewel in The Palace (Jang Geum), gue tonton jaman SMP karena orang rumah pada nonton, terus satu lagi Romance in The White House, ini karena ada Agnes Monica ikutan main. Terus belakangan juga gue suka nonton Running Man yang tayang setiap Jum,at dan Sabtu malem di One Channel, ini juga karena nemenin si Neng nonton, itu pun kalo gak ngantuk. Gue kuliah di sini sangat membuat para pecinta Korea pada ngiri, hehe maap yak semua. Salah satu yang sebel juga adalah adeknya si Neng, karena doi doyan Korea, sempet ke sini juga, bahkan sempet les bahasa Korea, eh abang Iparnya yang menyenangkan ini yang malah kuliah di Korea. Hehe, peace ya Dek! Sebenernya yang paling bikin dia sebel sih gue berangkat ke Korea tepat seminggu sebelum mantenannya (ntar bakal gue ceritain juga).

Salah satu yang sempet hits dari Korea Selatan

Satu lagi cerita, waktu awal jadi CPNS, gue ngiri sama temen-temen kantor gue yang kuliah di Jogja dan Bandung, *anaknya ngiri-an*. Alesannya sih karena mereka bisa kuliah di daerah yang sangat bisa dieksplor, gue di Depok, yah tau sendirilah Depok kaya apa, cuma Margonda doang kehidupannya, paling daerah kosan sama rumah si Neng. Semenjak itu gue bertekad untuk lanjut sekolah di tempat wisata biar gue bisa eksplor daerahnya. Triiiiiing, kepengenan gue terwujud, bahkan lebih dari ekspektasi gue. Lagi-lagi, impian ngaco gue terkabul dengan cara yang tidak terduga.

Salah satu sudut yang bisa dieksplor dari Korsel, Dongdaemun Design Plaza

Sekarang kalo ditanya kenapa gue pilih Korea, ada tiga pilihan jawaban. Pertama, versi jawaban wawancara, yaaaah banyak kecapnyalah. Kedua, yang rada songong, karena gue ngejar SNU, kampus peringkat 36 dunia, bwehehe. Ketiga, yah jawaban jujur kaya yang udah gue jabarin di atas. Pokoknya kalo ada yang nanya terus doi milih jawaban jujur, gue suruh baca blog gue aje yeeee, haha.....

SNU dari atas Gwanaksan


Betawi, sekolah tinggi?


.

“Orang Betawi sekolah tinggi? Orang Betawi biasanya cuma jago megang meteran!”

Itu yang diucapkan pertama kali oleh salah seorang bos di kantor, pas gue pamitan mau ninggalin kantor dalam waktu yang agak lama.

Sedih sih, tapi yaaaah emang begitu kenyataannya.

Eh, btw, pada ngerti kan maksud pernyataan di atas? Intinya, menurut beliau, orang Betawi itu jaraaaaang banget yang sekolah tinggi. Nah maksudnya megang meteran itu, meteran buat ngukur tanah, jadi orang Betawi itu kerjaannya jualin tanah warisan, sekolah gak penting, kan masih banyak tanah warisan yang bisa dijual. Tapi ini emang bener siiiiiiih, di keluarga besar gue juga begitu. Sayangnya, sekarang tanah warisan udah pada abis, tinggal deh keturunan yang sekarang pada keblangsak, taraf hidup belum naik tapi udah gak ada lagi yang bisa dijual.

Enyak babeh gue sendiri emang dari awal gak punya tanah yang bisa dijual. Babeh gue dapet warisan sebidang tanah yang sekarang ditempatin keluarga gue, jadi yaaaah gue udah gak bisa meneruskan trdisi itu, untungnya. Sebenernya sekalipun warisan tanah gue banyak jugak gak bakal gue jual sih, sekarang harga tanah cepet banget naeknyaaaaa, jadi mending dieman-eman.

Oke balik ke pernyataan bos gue di atas, kenapa bos gue ngomong begitu? Itu karena gue ijin mau ninggalin kantor buat lanjut S2 di Seoul!! Yippiiieee..... Yup, itulah alesan kenapa saat ini gue tinggal di Seoul. Gaya beut!!

Saat ini gue lanjut sekolah di Seoul National University (SNU), pecinta Korea pasti pada tau doooooong SNU? Sejujurnya, ketika daftar, gue gak tau loh SNU itu kampus macam apa, dodol ye? Tapi beneran, gue sama sekali clueless tentang SNU. Terus kenapa akhirnya gue pilih SNU? Itu karena dari sekian universitas yang ditawarkan, cuma SNU yang menawarkan program studi yang paling cocok buat gue. Oiya, program studi yang gue ambil adalah Master of Public Management and Public Sector Reforms, berat yak? Gelar yang akan gue dapetin nanti adalah MPA, Master of Public Administration. Program studinya sangat cocok dengan kerjaan gue saat ini terus juga inline sama jurusan gue pas S1 dulu, Administrasi Negara (sekarang dikenal dengan Administrasi Publik). Jadi nanti kalo mau jadi Profesor, gue tinggal lanjut PhD di Public Administration juga, aamiiin ya Allah.

Ini kalo di UI namanya Gerbatama

Gue baru tau SNU itu kampus seperti apa, pas lagi masa-masa proses seleksi, setelah temen gue nanya SNU rangking berapa dunia? Laaaaah gue mana peduli, tapi karena ditanya begitu, akhirnya gue nyari tau, daaaaaan woooooow. Kalo berdasarkan QS World University Rangkings, di 2017 ini SNU peringkat 36 dunia!!! Huwooooooo banget kaaaan? Ini beneran gue gak sadar awalnya, hehe. Temen gue yang pernah kuliah di Korea, pas gue konsul masalah kehidupan di sini, doi bilang SNU itu kalo di Indonesia itu kayak UI. Lain lagi komentar temen gue yang penggila Korea, pas tau gue kuliah di SNU, komentarnya adalah: “Oemji, itu(SNU)kan unggulan parah, idaman penduduk endemik sana”, hahaha penduduk endemik banget?? Oiya, pas udah sampe sini, kalo warga lokal nanya kuliah di mana, terus kita jawab Seoul Dae (singkatan dari 서울대학교, Seoul Daehakgyo, official name SNU in Korean), mereka langsung senyum sambil manggut2, terus ngacungin jempol, abis itu nunjuk kepala, yang artinya silahkan tafsir sendiri, hehe... Mendapati fakta begini gue langsung megar doooong idungnya, banggalah pastinya. Ternyata banyak orang yang pengen masuk sini, dan gue apply sini dengan pengetahuan gue akan SNU yang 0 *kemudian dijambak pendamba SNU*.

Ini temen seangkatan plus dosen Basic Korean. Ada 27 orang dari 17 negara, 4 benua

Kok gue gak riset dulu sebelum daftar?

Begini ceritanya, *ini macam acara di tv mana yaaa?*, gue kuliah di SNU itu karena dapet beasiswa dari Korea International Cooperation Agency (KOICA). Nah waktu itu KOICA ngasih penawaran beasiswa buat kuliah di Korea, list yang mereka kasih itu ada 15 jurusan berbeda dari 13 universitas di Korea. Dari semua jurusan yang ditawarin, cuma ada 2 yang nyambung dengan background pendidikan dan kerjaan gue, SNU sama satu lagi Sungkyunkwan University (SKKU). Berhubung SKKU lebih condong ke local government, jadi tanpa pikir panjang lagsung aja gue pilih SNU. Waktu itu juga karena waktu yang dikasih mepet, sekitar 5 hari kerja, jadi waktu yang ada langsung gue alokasikan buat ngurus required document yang segambreng itu. Gak sempet lagi gue riset SNU itu apa, lagian emang gak ada pilihan universitas lain sih yang jurusannya pas.

Presentasi Country Report, bahagianya jadi orang Indonesia, banyak gambar bagus yang bisa ditampilin
Buat sekarang itu dulu aja kali yaaaak ceritanya. Cerita proses gue seleksi, berkas kelengkapan, plus drama2 sebelum keberangkatan ntar aja ya di postingan terpisah.

Semacam suplemen biar tahan banting!

Intinya, alhamdulillah saat ini gue bisa lanjut sekolah S2 di Seoul, tepatnya di SNU. Alhamdulillah juga gue bisa membuktikan kalo Betawi tulen gak cuma jago megang meteran, tapi ada yang lanjut sekolah tinggi juga. Oiya, ngomong2 soal Betawi, jadi......, eh kan lupa kalo mau udahan, hehe... Ntar lanjut lagi ya di postingan berikutnya. Doain aje semoga gue terus rajin nulis. Doain juga gue lancar kuliahnya yaaaaa, aamiiin.... 

BONUS!! Beginilah rupa salah satu dosennya, alhamdulillah gak bikin ngantuk, hehe...

Seoul, Korea Selatan


.

Haiiiiii gue balik lagi....

*bosen gak sih tiap postingan isinya beginian terus, hehe

Yaaah biasalah, virus males masih terus menggelayut, jadi gini deh, blognya jarang-jarag dikasih asupan.

Setelah ada beberapa orang yang request, bahkan ada beberapa (2 orang doang sih sebenernya, hehe) yang minta gue buat bulis buku (eh ini seriusan yaaaak, mungkin karena sebel kali kalo gue suka bikin caption panjang-panjang di akun IG gue, btw akun IG gue @andrian.fauzi, eaaaa promosi) terus kayak banyak juga yang pengen gue pamer ceritain, sepertinya gue pengen aktif ngeblog lagi.

Oke pastinya pada penasaran dong dengan kisah hidup gue saat ini, Hah? Apaaaaa? Udeeh anggep aja iya, biar cepet, hehe... 

Jadiiii, per 12 Agustus 2017, gue gak lagi tinggal di Depok, bahkan Indonesia. Whaaaaat? Aaapaaaaa? Yah santai aja kalik ekspresinya, hehe. Udah 3 minggu ini gue tinggal di Korea Selatan, Seoul lebih tepatnya. Ketjeee kaaaaaaaan????


Percaya kaaaaan gue di Seoul??

Gimana bisa? Kok bisa? Ngapain di sana? Keluarga ikut juga? Terus kabar WO @beroemahtangga gimana? Terus yang jadi pembaca Undang-Undang setiap upacara di Setneg siapa? Yang bakal menggawangi misi perdamaian di Rohingya siapa? Taun depan yang jadi gubernur Jawa Barat siapa? Mata uang Rwanda apaaa? Huuuuuush, udeeeh udehhhh.

Nah mulai sekarang gue mau cerita gimana bisa gue tinggal di Seoul, kronologisnya, terus juga gimana kehidupan gue selama di Seoul, yaaah pokoknya semuanya laaaah. Mari berdoa semoga gue tetep rajin nulis.


Tetep yee pecicilan

Bonus satu lagi, biar gak pada kangen lagi ;p


18 Bulan Penantian


.

Semalem gue iseng buka twitter (setelah sekian lama gue cuekin, akhirnya gue sentuh lagi), pas banget gue buka muncul Ferdiriva di timeline gue. Jadi dokter mata yang kece ini udah gue follow dari beberapa tahun lalu, gue follow doi karena baca.......

Noh salah satu draft yang sempet terbengkalai, hehe.... Itu dibuat sekitar akhir Januari atau awal Februari tahun ini. Waktu itu gue pengen cerita tentang blog Ferdiriva yang ini, yang menceritakan gimana perjuangannya untuk memperoleh keturunan selama lebih dari sembilan tahun. Eh ngomong-ngomong pada tau Ferdiriva kah? Kalo yang belum tau, doi itu dokter mata yang juga selebtwit plus penulis buku Cado-Cado. Kalo anak kedokteran mestinya udah terpapar sama buku Cado-Cado lah ya, buku yang menceritakan perjuangan semasa koas dengan gaya yang jenaka, udah mau dibuat film bahkan buku Cado-Cado ini.

Balik lagi soal blognya Ferdiriva itu, gue mau menyambungnya dengan cerita gue dalam mendapatkan buah hati. Kisah kami (gue sama si Neng) gak seheboh Ferdiriva sih, tapi lumayan banyak jalan yang kami tempuh. Lama kami menunggu adalah 18 bulan, sebenernya gak seberapa lama kalo dibandingin dengan Ferdiriva atau pejuang-pejuang keturunan lainnya, tapi tetep aja selama 18 bulan menunggu itu banyak emosi yang tercurahkan, tenaga sama uang juga pastinya.

Selama 18 bulan berusaha, kami sudah berganti 3 rumah sakit dan 5 dokter, kenapa banyak? Karena nyari dokter kandungan dan rumah sakit udah kayak nyari jodoh ataupun rumah, mesti bener-bener yang sreg dan bikin nyaman biar perjalanan 9 bulannya menyenangkan. Gue sempet 2 kali cek sperma (ini buat para lakik jangan cuma bininya doang ya yang dicek), si Neng 2 kali HSG yang katanya menyakitkan itu, sempet 10 kali terapi Diathermy karena ada sumbatan. Selain secara medis, si Neng juga sempet diurut beberapa kali, yang ini gue gak terlalu ngerekomendasiin sih, selain gak ada bukti secara medis, urut buat dapet keturunan itu sangat amat menyakitkan, gue yang cuma ngeliatin aja ngerik!! Sempet minum madu penyubur juga yang buat suami dan istri beda kemasan, oiya si Neng juga rutin minum aer kelapa ijo.

Madu penyubur yang enak rasanya...

Buat mulai program hamil itu biasanya para dokter cuma mau melakukan kepada pasangan yang usia pernikahannya di atas 12 bulan, kalo di bawah itu mah bakal disuruh usaha yang alami aja dulu, malah gak jarang pake diketawain. Kami sendiri mulai program juga setelah setahun nikah. Waktu itu sih masih mau santai dulu, belum mau program apa-apa. Tapi enyak babehnya si Neng udah pengen cepet-cepet punya cucu, jadi kami didorong terus buat segera jalanin program, bahkan dibeberapa kesempatan mereka mau jadi sponsor program kehamilan yang gak murah itu.

Dokter yang pada akhirnya menjadi tambatan hati pilihan kami adalah dr. Mira Myrnawati, SpOG di RS. Bunda Margonda (RSBM). Waktu itu pilih RSBM setelah 2 rumah sakit sebelumnya karena ada program bayi tabung dengan harga terjangkau, iyak mikirnya udah sejauh bayi tabung loh kami, enyaknye si Neng sih tepatnya, hehe. Terus buat urusan dokter, kami pilih dokter tetap RSBM yang jadwalnya paling banyak (jadwal dokter RSBM), jadi bisa kapan aja ketemuannya, jadilah dr. Mira yang kami pilih. Beruntungnya si Neng cocok dengan dr. Mira, begitupun gue. Dokter yang selalu berpenampilan trendi ini enak kalo ngejelasin, detil, gak diburu-buruin, terus yang paling penting, kalo ada masalah atau suatu gangguan doi gak bikin kita panik, tapi sebaliknya, bikin kita tetep tenang dan yakin kalo semuanya bisa ditangani.

Awal mula ketemu dr. Mira, kami gak langsung mulai program, tapi diperiksa dulu riwayat program yang udah kita jalanin sebelumnya, plus dicek juga kondisi si Neng. Kebetulan waktu itu ada masalah dengan ‘daleman’ si Neng. Akhirnya masalah si Neng ditangani dulu baru kemudian program dimulai. Dari 5 dokter yang kami temui, baru dokter Mira yang akhirnya bisa nemuin masalah dan solusinya. Setelah masalah kelar, baru deh kami mulai program. Gue cek sperma [LAGI] begitu juga si Neng, tes HSG lagi. Hasilnya? Sperma gue yang dites sebelumnya dibilang Normozoospermia, atau normal gak ada apa-apa, dites kali ini hasilnya Teratozoospermia (yg gak tau gugling aja ya), kalo dari hasil gugling, rada ngeri sih, sempet parno juga, tapi pas ketemu dr. Mira, kaya bukan masalah berarti. Doi ngasih vitamin dan beberapa do and don’ts. Kalo si Neng rahimnya miring, sama kaya pas tes pertama, sumbatannya udah kebuka berkat terapi Dhiatermy yang pernah dijalani.

Di dokter sebelumnya, karena rahim si Neng miring, maka untuk posisi ketika ‘berhubungan’ dianjurkan untuk hmmmmm, eh ini gapapa kan yak gue blak-blakan aja? Gapapa lah yaaa, pake gaya anjing. Ternyata itu salah kalo menurut dr. Mira, gaya sebelumnya itu cocok buat yang rahimnya kebalik (gak ngerti kebaliknya gimana), buat yang rahimnya miring pake gaya biasa aja, yang ada di atas bebas siapa aja, hahaha ini pada ngerti kan maksud gue? Yang terpenting adalah, setelah ‘keluar’, sang istri mesti miring ke arah miringnya rahim, buat membantu aliran spermanya, make sense kan penjelasannya? Terus satu lagi, di dokter sebelumnya, dibilang kalo abis HSG baru bisa hamil itu setelah 3 bulan, dr. Mira bilang kalo itu gak bener, setelah HSG bisa langsung hamil kok. Hasilnya? Setelah si Neng HSG dan gue minum vitamin dan ngejalanin tips yang dikasih, si Neng gak pake haid lagi dong, doi langsung tek dung. Seneng banget lah pastinyaaaaaa. Waktu itu posisinya kami lagi ke Bandung, dua hari sebelumnya kami malah sempet seseruan maen di Trans Studio Bandung.

H-2 kami tau kalo si Neng hamidun. Beruntung si Neng gak doyan main permainan ekstrim.

Alhamdulillah banget pokoknya, setelah 18 bulan dan beberapa rangkaian usaha yang kami jalankan, akhirnya dikasih juga kesempatan dan kepercayaan buat punya keturunan.