Sebelumnya gue pernah ngepost tentang Yudha, adek gue yang kedua di sini, terus juga tentang babeh dan engkong gue di sana. Nah sekarang gue pengen berbicara tentang adek gue yang pertama, Maulana Ardi. Kenapa tiba-tiba gue pengen nulis tentang Maulana? Jadi beberapa waktu lalu gue lagi nyariin link beasiswa buat Maulana yang sekarang lagi duduk di kelas 3 SMA. Salah satu beasiswa mensyaratkan setiap peserta untuk menulis kisah hidupnya, dan tulisannya itulah yang membuat gue pengen bercerita tentang Maulana. Berikut tulisan Maulana yang udah diedit sama si Neng:
Namaku Maulana Ardi. Aku lahir di Tangerang, tanggal 3
Januari 1994. Aku adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Aku dilahirkan dengan
sepasang kaki yang tidak dapat berfungsi dengan baik. Kedua kakiku berukuran
kecil dan tidak berkembang sebagaimana tubuh yang lain. Kakiku tidak cukup kuat
menopang berat tubuhku sehingga tidak dapat digunakan untuk berjalan. Aku
berjalan dengan menggunakan lututku. Kekurangan yang kumiliki ini sempat
membuatku kehilangan semangat dan kepercayaan diri.
Perjalanan hidupku pun penuh dengan tantangan, terutama
ketika muncul keinginanku bersekolah. Aku takut mendapatkan hinaan dan ejekan
dari anak-anak lain. Tak dipungkiri bahwa di awal masa aku bersekolah aku
merasa minder dengan kondisi tubuhku.
Tetapi keluargaku selalu menyemangatiku untuk terus bersekolah. Beruntunglah,
ternyata teman-temanku tidak seperti yang aku takutkan. Mereka sangat baik dan
mengerti akan kondisiku. Tidak jarang aku mendapatkan bantuan dari mereka. Tak
hanya itu, kadang-kadang mereka yang mengantarku pulang ke rumah ketika jam
sekolah usai
Aku bukan berasal dari keluarga yang berada. Ayahku seorang
supir yang bekerja dari hari Senin-Sabtu, pagi hingga menjelang malam, mencari
uang untuk memenuhi kebutuhan kami sekeluarga. Ibuku hanyalah seorang ibu rumah
tangga dan guru mengaji bagi anak-anak disekitar rumahku. Setiap hari ibuku yang bertugas mengantarku ke sekolah dan menjemputku
ketika pulang. Kedua orang tuaku tidak mencapai pendidikan yang tinggi. Namun
mereka tidak ingin anak-anaknya seperti mereka. Mereka berusaha agar
anak-anaknya bisa meraih cita-cita dan impian walaupun harus bekerja membanting
tulang. Melihat perjuangan ayah dan ibuku, aku ingin sekali membahagiakan
mereka. Dengan semangat itulah, aku terus belajar dan mencoba meraih prestasi.
Alhamdulillah, dengan segala usaha aku bisa bersaing dengan teman-temanku di
sekolah.
Saat ini aku bersekolah di SMA Negeri 14 Tangerang. Di
sekolah ini diterapkan sistem moving
class. Jadi setiap pergantian pelajaran, para siswa harus pindah ke kelas
lain sesuai dengan di mana kelas mata pelajaran tersebut diadakan. Dengan
kekurangan fisik yang kumiliki, sistem ini membuatku merasa kesulitan, apalagi
beberapa kelas terletak di lantai dua. Orang tuaku tidak punya cukup uang untuk
membelikanku kursi roda atau tongkat. Untunglah di sekolah ini aku bertemu banyak
sahabat. Mereka selalu menolongku ketika aku berada dalam kesulitan. Mereka
sering bergantian menggendongku jika harus menaiki tangga.
Ketika aku berulang tahun yang ke-17, salah seorang
sahabatku, Cinthya, memberikan hadiah kejutan. Sebuah kursi roda! Aku tak
henti-hentinya mengucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Cinthya.
Kursi roda ini memudahkanku untuk pergi kemana pun, terutama dalam mengikuti
sistem moving class yang diterapkan
sekolah.
Suatu hari aku membaca sebuah buku tentang perjalanan hidup
Helen Keller, seorang gadis yang ketika bayi terserang penyakit hingga
menyebabkan ia buta, tuli, dan bisu. Namun kondisi tersebut tidak
menghentikannya untuk menjadi “seseorang”. Atas prestasi yang ditorehkannya,
Helen Keller berhasil mendapatkan beberapa penghargaan, seperti Honorary University Degrees Women's Hall of
Fame, The Presidential Medal of Freedom, dan The Lions Humanitarian Award. Kisah ini membuatku termotivasi bahwa
dalam kondisi apapun, tidak ada hal di dunia ini yang bisa menghentikan langkah
seseorang untuk berprestasi dan meraih cita-cita.
Saat ini aku duduk di kelas 3. Aku sedang mempersiapkan
diri untuk Ujian Akhir dan tes Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN). Aku ingin meneruskan sekolah ke perguruan tinggi. Perguruan tinggi
favoritku adalah Universitas Indonesia (UI). Aku juga ingin seperti kakakku Andrian Fauzi yang dapat kuliah di UI dengan beasiswa, sehingga orang tuaku tidak terbebani dengan biaya kuliahku. Aku akan berusaha keras untuk
menunjukkan bahwa akupun mampu untuk menjadi sukses dan membuat kedua orang
tuaku bangga.
Jujur setelah baca itu, gue sendiri (sangat) terharu. Yup Maulana emang diberi keistimewaan oleh Sang Pencipta, gue sendiri sangat salut dengan semangat yang doi punya. Jadi inget waktu awal-awal Maulana masuk SD, rada minder gitu, mungkin seperti yang Maulana bilang, doi takut diejek temen-temennya. Tapi Alhamdulillahnya setelah sekolah ketakutannya ga terbukti, bahkan sampe sekarang ketika masa sekolahnya hampir berakhir.
Gue sangat bersyukur karena Maulana sangat bersemangat dan sangat percaya diri dalam menatap harinya. Gue sih terus berdoa dan berharap semoga Maulana bisa membuat bangga keluarga dan semua orang, juga bisa menjadi sumber motivasi bagi semua orang terutama buat temen-temen sesuku gue yang udah dikasih fungsi organ tubuh yang sempurna tapi masih aja males untuk sekolah dan meraih cita.
Saat ini Maulana sedang dagdigdug menghadapi ujian nasional yang akan berlangsung Senin depan (160412). Setelah itu doi akan fokus menghadapi SNMPTN dan SIMAK UI. Semoga adek gue bisa sukses menghadapi semuanya, lulus ujian dan bisa masuk Psikologi UI seperti yang doi inginkan. Gue juga masih berusaha untuk mencarikannya link beasiswa, semoga doi bisa mengikuti jejak gue yang kuliah dengan dana bersumber dari beasiswa. Buat semuanya minta doa juga yaaa.....
Oiya sebelum lupa gue juga mau berterimakasih buat temen Marching Band gue, Rendy Erlangga yang udah berbaik hati ngasih tongkatnya buat Maulana. Jadi dulu gue sempet mikir kalo Maulana ga mungkin bergantung sama kursi roda dan ga usah mikirin siapa yang ngedorong-dorong kursi rodanya, soalnya kalo nanti doi kuliah doi mesti mandiri. Akhirnya gue berpikir buat ngebeliin Maulana tongkat, kebetulan Rendy waktu itu abis kecelakaan dan pake tongkat. Setelah doi sembuh, gue bermaksud ngebeli tongkatnya, lumayan kan daripada beli baru, mahaaallll pastinya. Tanpa diduga tanpa dinyana Rendy ngasih secara cuma-cuma. Sekali lagi tengs yeee Ren, tongkat lu sangat berguna buat Maulana.
Selama ini gue emang cerita kebeberapa temen aje, bukaaaaaannnnnn, bukan karena gue malu, tapi lebih karena belum waktunya aje gue untuk bercerita. Toh kalo udah saatnya juga gue bakal cerita, kaya sekarang ini. oiya nih beberapa foto gue dan adek gue ini:
Bareng si Neng sama kedua adek gue di Ragunan |
Semoga Maulana cepet nyusul gue |
Bismillahirrahmanirrahim.. Berdoa semoga besok UAN nya Maulana lancar dan bisa tembus UI...:))
Amiiinnnn, terima kasih ya Uswah...
Aamiinn.. Dan sekarang udah hari terakhir UN.. Bgmn hasilnya? Sukseslah utk mereka yg berusaha..kan siapa yg bersungguh2, pastilah dapat.. :)
Pasti lo sayang bgt yh ndun ama maul?? Seneng deh ngeliat 2 foto di atas..
Hallo Anonymous yang tau adek gue dipanggil Maul dan manggil gue dengan panggilan Ndun *nebak2 ini siapa?*
Alhamdulillah doi bilang sih lancar jaya UNnya.
Sayang Bgt sama Maul?
InsyaAllah iya, pengen banget bisa jadiin dia "seseorang" yang bisa memotivasi yang lain yang jauh lebih beruntung dari doi.
Tengs ya do'anya....
itu pebi deh kayaknya ndun *sotoy haha*
btw semoga beneran masuk psiko ya, insya Allah udah cukup siap soalnya fasilitas buat yg punya kebutuhan khusus
Kayaknya sih gitu, tapi gue juga mencurigai salah seorang temen kantor.. *dibahas*
Hoho Cune makasih ya do'anya, Amiinnn...
Oiya gue juga pernah liat anak yang berkebutuhan khusus di Psiko, kayaknya sih anak 2011..
Semoga makin inklusif yaa seluruh fakultas di UI.
ndun udah lama mau komen, kmrn2 agak lupa, hehe...
mau titip salam aja yak buat adek lo, tetep semangat! gw seneng baca tulisan dia :)
eh Om Budi, salam tersampaikan..
Makasih ya Om buat asupan semangatnya..
Halo, saya lagi iseng browsing nih. Terus nemu cerita ini. Iseng aja deh dibaca. Ahhh sedih banget ceritanya. Semoga sukses selalu buat Mau!
Nas Ari, makasih ya buat do'anya.
Sukses selalu juga Masbro!!