Vita, kok agak mirip yaa?


.

Tiba-tiba tadi si Neng ngirim link dari sini yang isinya sebagai berikut:

Tanya:
Mungkin ini terdengar seperti cerita sinetron, tapi ini yang lagi saya alami sekarang. Enam bulan yang lalu ada cowok yang minta tolong sama saya buat jadi pacar bohongan dia untuk dikenalin sama orangtuanya, dan kita buat perjanjian selama 6 bulan untuk pura-pura pacaran. Selama kita menjalankan hal itu, dia anggap saya seperti pacar aslinya. Sekarang masa perjanjian kita udah selesai, tetapi setiap saya membahas itu dia mengalihkan pembicaraan. Apa yang harus aku lakukan?

Vita, Jakarta

Jawab:

Hai Vita,

Penumbuh cinta paling baik adalah kedekatan.

Jadi wajar sekali apabila setelah dekat selama enam bulan, Vita merasakan tumbuhnya cinta.

Vita menuliskan selama enam bulan pacaran, dia menganggap Vita sebagai pacar aslinya. Apa yang dimaksud dengan “menganggap”? Apakah dia memperlakukan Vita seperti pacar asli hanya di depan orang tua? Atau di luar itu juga kalian pacaran seperti pasangan lainnya?

Dari dua keadaan ini Vita bisa merasakan apakah dia benar-benar mencintai atau hanya basa-basi.

Memang harus dibicarakan lagi rasa di hati setetelah masa “perjanjian pacaran” selesai, tapi dari sikap dan bahasa tubuhnya, Vita harus juga bisa membaca apa yang ada di hatinya.

Akanlah indah kalau kedekatan yang terjalin dari “perjanjian pacaran” bisa berlanjut menjadi “janji untuk pacaran”, tapi perlu diingat: cinta tidak bisa dipaksakan.

Cinta memiliki kekuatan sendiri yang mematahkan semua logika sehingga tidak bisa diatur seenaknya.

Yang bisa Vita lakukan adalah menjaga cinta agar pada saatnya siap diberikan pada orang yang menginginkannya sepenuh jiwa.

Terima kasih sudah berbagi,

Stay In Love

@HilbramDunar
Pembawa acara TV dan Radio
Penulis buku “Plastic Heaven – bukan cinta jika tak meneteskan airmata, karena sedih luar biasa atau bahagia tak terhingga”

Jiaaaah, kaya kenal kasusnya. Hmmm curigay juga kalo Vita ini ternyata si Neng yang nyamar ketika sedang mempertanyakan kejelasan hubungan kami di awal 2009-an lalu, ehehe.. Biar ga ketauan, kasusnya agak dibeda-bedain sedikit. Abis mirip banget, coba aja buka ini, itu dan onoh.

Yah siapapun Vita, gue cuma mau mencoba ngasih masukan aje. Gue rasa sih tuh cowok suka beneran sama Vita, cuma karena ga ada keberanian aje buat menyatakan secara langsung, maka jadilah dalih buat memperkenalkan ke Orang tua dijadikan senjata. Pasti alesan tersebut mah cuma ngarang doang, doi pengen status palsu ini dijadikan ikatan sementara, jadi selama cowok itu mengumpulkan keberanian, Vita aman. Gak akan ada yang berani mendekati Vita karena status tersebut.

Kurang ajar? Hmmmm mungkin yaaa.. Tapi itu cara yang cukup brilian bukan untuk menaklukkan hati seorang Vita? Mungkin saja cowok itu ngerasa minder karena Vita lebih segalanya. Usia, status sosial, jabatan, harta atau mungkin juga secara tampang. Tapi bukan berarti cowok yang terkesan pengecut ini adalah orang yang brengsek seutuhnya. Biarkan saja cowok ini menjadi pengecut pada awalnya dan kemudian menjadi ksatria di kemudian hari. Bukankah itu lebih baik dibandingkan seorang cowok yang tampak bagai seorang ksatria pada awalnya, tapi kenyataannya doi ga lebih dari sekedar pecundang?

Ahahahaha kenapa gue jadi curhat begini? Intinya buat Vita, jalanin aje dulu. Kalo emang setelah status palsu ini si cowok merupakan cowok baik-baik dan emang niat buat menjalin hubungan dengan Vita yaaah gak ada salahnya buat dijadiin pacar beneran. Kali aje bisa sampe lanjut ke jenjang pernikahan, iyeee gak Neng? Ehehehe..